Senin, 26 Desember 2016

WISATA KULINER - LAMANG

       Image result for lamang sumatera barat

      Lamang atau lemang merupakan penganan khas Minangkabau yang berbahan dasar beras ketan dan dimasak dengan santan. Keistimewaan makanan ini adalah lemang dimasak dengan menggunakan bambu yang telah di lapisi daun pisang pada sisi bagian dalamnya.
Untuk membuat lemang dibutuhkan bahan utamanya yaitu beras ketan putih, santan kelapa, daun pandan, dan sedikit garam.
     Beras ketan dicuci untuk dibersihkan dulu dan kemudian dimasukan ke dalam ruas bambu muda yang terlebih dahulu dilapisi dalamnya dengan daun pisang. Selanjutnya tuangkan santan ke berasnya dan di bakar dengan bara api, dijaga jangan sampai ruas bambu terbakar. Lemang merupakan salah satu jajanan pasar yang cukup popular di ranah Minang. Lemang dapat disantap dengan pendamping nya baik berupa makanan manis seperti sarikaya, selai, tapai ketan hitam, dll.
     Lemang ada beberapa macam juga, seperti lemang pisang, lemang labu, lemang ubi lemang tepung ketan dan lemang tapai, Lemang ini sebenarnya makanan tradisi di Sumatera Barat yang dibuat setiap menyambut Ramadan, Lebaran dan Maulid Nabi.

WISATA KULINER - GALAMAI



 Image result for galamai

Galamai merupakan cemilan sejenis dodol atau jenang yang berkembang di Payakumbuh. Galamai banyak di produksi di daerah minangkabau tepat di kota Payakumbuh. Sehingga kuliner khas minang ini identik dengan kota Payakumbuh. Selain di Payakumbuh kudapan ini juga ditemukan di berbagai tempat di sumatera barat, antara lain Pariaman, Solok dan Pasaman. Galamai  pada umumnya disajikan pada saat acara pernikahan, turun mandi, batagak gala, dan upacara adat lainya. Galamai ini terbuat dari tepung ketan, gula merah, dan santan kelapa. Bahan-bahan tersebut dimasak sampai mengental hingga terasa alot ketika diaduk.setelah menjadi gumpulan, kemudian gumpulan tersebut akan dipotong dan dibentuk sebelum adonan dingin. Ciri khas dari Galamai payakumbuh yaitu di tambahkan pada galamai berupa kacang tanah yang sudah di sangrai. Dari segi rasa, masyarakat minangkabau sendiri, dengan mencicipi saja, lidah orang minang dapat membedakan manakah galamai asal payakumbuh maupun daerah lainnya.

MUSEUM BUYA HAMKA - PENGHARGAAN ATAS ULAMA UTAMA



Haji Abdul Malik Karim Amrullah (selanjutnya ditulis Buya Hamka) merupakan putra dari seorang ulama besar yaitu Syekh Abdul Karim Amrullah atau yang sering disebut Haji Rosul. Haji Rosul adalah pelopor dari Gerakan Islam “Kaum Muda” di Minangkabau yang memulai gerakannya pada tahun 1908. Kelahiran dan kehidupan masa kecilnya sangat dipengaruhi oleh beberapa variabel lingkungan sosial. Pertama adalah peran sosial dan harapan-harapan ayahnya terhadap Buya Hamka. Kedua, kampung tempat dia dilahirkan. Ketiga, asimilasi adat Islam yang mempengaruhi masyarakat sekitarnya. Buya Hamka dibesarkan dalam lingkungan ulama, maka tidak heran apabila Haji Rosul menginginkan anaknya kelak menjadi seorang alim ulama seperti dirinya dan dikagumi banyak orang.

 Image result for Museum Buya Hamka


Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka adalah museum yang terletak di sekitar tepian Danau Maninjau, tepatnya di Nagari Sungai Batang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Museum ini mulai dibangun pada tahun 2000 dan diresmikan pada tahun 2001 oleh Gubernur Sumatera Barat waktu itu, Zainal Bakar. Sesuai dengan namanya, museum ini mengkhususkan diri pada koleksi benda-benda peninggalan Buya Hamka, yang bangunannya merupakan rumah yang ditempati Hamka sejak lahir hingga sebelum pindah ke Padang Panjang.

 Image result for Museum Buya Hamka

Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka terletak pada ketinggian yang lebih tinggi 5 meter dari jalan raya di sekitarnya. Museum ini menghadap ke arah barat atau Danau Maninjau dan membelakang ke arah timur. Museum ini memiliki bentuk arsitektur layaknya Rumah Gadang dengan atap bergonjong dan hiasan ukiran Minang.

Museum ini mulai dibuka pukul 8.00 hingga pukul 15.00 waktu setempat. Namun biasanya akan tetap dibuka untuk sementara waktu meski pengunjung melewati batas waktu kunjungan. Dari sekian orang yang mengunjungi museum ini, kebanyakan mereka bukan orang Indonesia, melainkan dari Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.

Bangunan museum ini sebelumnya merupakan rumah yang ditempati Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau akrab dipanggil Hamka sejak lahir hingga sebelum pindah ke Padang Panjang. Rumah milik nenek Hamka tersebut hampir diluluhlantakan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Setelah sekian lama, pada tahun 2000 muncul gagasan dari Gubernur Sumatera Barat, Zainal Bakar untuk membangun kembali rumah tersebut dengan tetap mempertahankan bentuk aslinya lalu menjadikannya sebagai museum. Dengan bantuan dana dari berbagai pihak baik yang ada di Sumatera Barat maupun di luar Sumatera Barat terutama Malaysia, dalam waktu 11 bulan pembangunan museum ini dapat diselesaikan dan diresmikan oleh Zainal Bakar pada tanggal 11 November 2001.

BATU MALIN KUNDANG - LEGENDA SI ANAK DURHAKA



 Image result for batu maling kundang asli

Malin Kundang adalah kaba yang berasal dari provinsi Sumatra Barat, Indonesia.Legenda Malin Kundang berkisah tentang seorang anak yang durhaka pada ibunya dan karena itu dikutuk menjadi batu.Sebentuk batu di pantai Air Manis, Padang, konon merupakan sisa-sisa kapal Malin Kundang.


Secara geografi kota Padang terletak di pesisir pantai barat pulau Sumatera, dengan garis pantai sepanjang 84 km. Luas keseluruhan Kota Padang adalah 694,96 km², dan lebih dari 60% dari luas tersebut, sekitar ± 434,63 km² merupakan daerah perbukitan yang ditutupi hutan lindung, sementara selebihnya merupakan daerah efektif perkotaan. Sedangkan keadaan topografi kota ini bervariasi, 49,48% luas wilayah daratan Kota Padang berada pada wilayah kemiringan lebih dari 40% dan 23,57% berada pada wilayah kemiringan landai. 

Dari segi lokasi Batu Malin Kundang terletak di daerah Pantai Air Manis, Kelurahan Aie Mani, Kecamatan Padang Selatan, Padang, Provinsi Sumatera Barat. Untuk menuju ke lokasi wisata legenda ini Anda dapat menempuhnya dengan menggunakan kendaraan roda empat atau juga roda dua. Karena jalurnya yang sempit, maka Anda diharuskan untuk berhati-hati, walaupun jalannya sudah diaspal, tetapi lebarnya hanya 4 meter saja. Sangat disarankan agar kecepatan kendaraan Anda cukup 40 Km/jam, apalagi ketika cuaca sedang hujan. Dengan hanya menempuh lebih kurang 20-30 menit perjalanan dari pusat Kota Padang, maka Anda sudah dapat menikmati tempat ini.