Kamis, 05 Januari 2017

SURAU SYEKH INYIAK BANTAM - SAKSI SEJARAH PEJUANG ISLAM DAN KEMERDEKAAN



 Image result for Surau syekh bantam bukittinggi

Surau Inyiak Syech Bantam terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 49. Bukittinggi, Sumatera Barat. Di depannya terdapat Pasar Bawah Bukittinggi dan dibelakangnya terdapat Pasar Lereng Bukittinggi.

Sebagai seorang pahlawan perang Cilegon (1888) yang dibuang ke Bukittinggi oleh penjajah Belanda, seorang pemuda yang bernama Muhammad Haris bin Muzafar dari Banten yang kemudian dikenal dengan nama Syech Bantam ingin kembali melakukan perlawanan terhadap Belanda dengan cara lain yaitu melalui pendidikan. Harris Musafar tergabung dalam pemberontakan melawan Belanda di Cilegon. Peristiwa itu menimbulkan amarah rakyat dan kemudian rakyat melakukan perlawanan, tapi karena tak berdaya kekalahan berada di pihak yang memberontak. 
Pada waktu itu tokoh perang yang ditakuti Belanda dibuang ke beberapa daerah di Indonesia termasuk pemuda Harris Muzafar, yang dibuang ke Fort de Kock yang kini bernama Bukittinggi. Di Bukittinggi M. Harris Muzafar melanjutkan perlawanannya dalam bentuk lain. Beliau mencoba melawan Belanda secara halus yakni dengan berdakwah di Bukittinggi. M. Harris Muzafar diterima oleh masyarakat Minangkabau karena beliau bersama ulama-ulama lainnya berdakwah berkeliling dan mengadakan pengajaran-pengajaran agama Islam, hal ini menyebabkan hubungan beliau dengan pemuka adat dan alim ulama sangat baik sekali. Hal ini terbukti ninik mamak memberikan sebidang tanah adat.  
Dengan tanah adat itu Syech Bantam membangun sebuah Surau yang dipakai sebagai pusat Pendidikan Agama Islam, surau itu sekaligus merupakan tempat kediaman. Beliau kemudian berusaha dan berjuang dengan tujuan “Membangkitkan Semangat Patriotik dan Mencerdaskan Umat”, pesan-pesan beliau disampaikan melalui dakwah dan secara halus, hingga mampu membangkitkan semangat alim ulama, pemuka adat dan murid-murid beliau melalui pengajian-pengajian akhirnya seluruh umat islam disekitar surau itu mendengarkan Dakwah dan pesan-pesan Beliau.

Senin, 02 Januari 2017

RANDAI DAN MUSIK - SENI TEATER TRADISIONAL MINANGKABAU

 Image result for musik seni randai
 Image result for musik seni randai
Randai merupakan suatu kesenian asli daerah kuantan singingi yang unik, dimana dalam kesenian ini mengisahkan seorang bujang gadi ( laki-laki yang berpenampilan wanita ) dalam kehidupannya sehari-hari. Alat musik yang paling dominan dimainkan dalam mengiringi kesenian randai ini adalah biola. randai merupakan musik tradisional yang didalamnya terdapat seni musik, seni teater dan juga seni tari, bahkan seni sastra. Kesenian randai ini terdiri dari beberapa orang pemain musik, beberapa para penari. Dan lebih uniknya dari kesenian randai ini ialah ada beberapa orang Bujang - Gadis yang menjadi pusat perhatian para penonton.
Kesenian musik randai ini sangat di senangi dari berberbagai kalangan. Baik dari anak-anak, kaum muda-mudi, orang dewasa bahkan orang lanjut usia pun menyukainya. Namun pada umumya penikmat randai ini dari kalangan dewasa. Kesenian ini mempunyai keunikan dari kesenian lainnya yaitu BUJANG GADIS. Tentunya kita sudah mengetahui apa itu bujang gadis. Bujang gadis yaitu seorang laki-laki yang didandan menyerupai seorang wanita dengan memakai pakaian wanita dan bertingkah laku sebagaimana layaknya perempuan. coba bayangkan betapa lucunya hal itu.inilah yang menjadi nyawa dari kesenian randai tersebut. 
Di dalam kesenian randai ini setelah habis satu babak drama maka akan dilanjutkan dengan acara bergoyang bersama-sama dan lagu yang disuguhkan itu berbahasa daerah. Biasanya dilaksanakan pada malam hari, memakan waktu 2 hingga 4 jam. Disinilah orang sekampung mendapat hiburan dan bisa bertemu dengan kawan-kawan dari lain desa. Berhasilnya sebuah pertunjukan tidak terlepas dari peran serta pemain, pemusik dan penontonnya. Untuk sebuayh ceriata yang akan dibawakan biasanya memakan waktu latihan sekitar satu bulan atau lebih. Memang waktu latihannya tidak setiap hari, rutinnya hanya pada malam Ahad.
Tetapi apabila akan mengadakan pertunjukan maka waktu latihannya akan ditambah sesuai dengan kesepakatan bersama. Dengan jumlah anggota 15 sampai 30 orang untuk satu tim randai, terdiri dari penari, pemusik, dan tokoh dalam cerita. Jumlah tokoh tergantung cerita yang dibawakan. Biasanya jumlah pemusik tetap. Satu Piual, 2-3 gendang, satu peniup lapri.