Surau Inyiak Syech
Bantam terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 49. Bukittinggi, Sumatera
Barat. Di depannya terdapat Pasar Bawah Bukittinggi dan dibelakangnya terdapat
Pasar Lereng Bukittinggi.
Sebagai
seorang pahlawan perang Cilegon (1888) yang dibuang ke Bukittinggi oleh
penjajah Belanda, seorang pemuda yang bernama Muhammad Haris bin Muzafar dari
Banten yang kemudian dikenal dengan nama Syech Bantam ingin kembali melakukan
perlawanan terhadap Belanda dengan cara lain yaitu melalui pendidikan. Harris
Musafar tergabung dalam pemberontakan melawan Belanda di Cilegon. Peristiwa itu
menimbulkan amarah rakyat dan kemudian rakyat melakukan perlawanan, tapi karena
tak berdaya kekalahan berada di pihak yang memberontak.
Pada
waktu itu tokoh perang yang ditakuti Belanda dibuang ke beberapa daerah di
Indonesia termasuk pemuda Harris Muzafar, yang dibuang ke Fort de Kock yang
kini bernama Bukittinggi. Di Bukittinggi M. Harris Muzafar melanjutkan perlawanannya
dalam bentuk lain. Beliau mencoba melawan Belanda secara halus yakni dengan
berdakwah di Bukittinggi. M. Harris Muzafar diterima oleh masyarakat
Minangkabau karena beliau bersama ulama-ulama lainnya berdakwah berkeliling dan
mengadakan pengajaran-pengajaran agama Islam, hal ini menyebabkan hubungan
beliau dengan pemuka adat dan alim ulama sangat baik sekali. Hal ini terbukti
ninik mamak memberikan sebidang tanah adat.
Dengan
tanah adat itu Syech Bantam membangun sebuah Surau yang dipakai sebagai pusat
Pendidikan Agama Islam, surau itu sekaligus merupakan tempat kediaman. Beliau
kemudian berusaha dan berjuang dengan tujuan “Membangkitkan Semangat Patriotik
dan Mencerdaskan Umat”, pesan-pesan beliau disampaikan melalui dakwah dan
secara halus, hingga mampu membangkitkan semangat alim ulama, pemuka adat dan
murid-murid beliau melalui pengajian-pengajian akhirnya seluruh umat islam
disekitar surau itu mendengarkan Dakwah dan pesan-pesan Beliau.